Pantun Persatuan dan Kesatuan Masyarakat Pelalawan, Riau


Pantun persatuan dan kesatuan ini bertujuan untuk mengokohkan semangat tenggang rasa atas sesama manusia meskipun berbeda-beda.

1. Asal-usul

Orang Melayu memang identik dengan pantun. Hampir seluruh sastra dan kehidupan orang Melayu banyak dituangkan melalui syair-syair pantun, salah satunya tentang semangat persatuan dan kesatuan di masyarakat Pelalawan, Provinsi Riau (Budi S. Santoso, 1986). Pantun ini masih sering dilantunkan dalam upacara-upacara adat dan didendangkan ketika kerja bakti di kampung-kampung.
Pantun persatuan dan kesatuan masyarakat Pelalawan telah ada sejak zaman pemerintahan Kerajaan Pelalawan. Kerajaan ini juga mengatur masyarakatnya dengan adat yang terkandung dalam pantun ini (Jaafar TS, 1941). Pantun ini bertujuan untuk mengokohkan semangat tenggang rasa masyarakat atas sesama manusia, meskipun mereka berbeda. Ketika masyarakat bersatu, maka akan menumbuhkan semangat hidup gotong royong yang selaras dengan pantun Melayu: Duduk sama rendah, tegak sama tinggi dalam selapik sepiring makan (Tenas Effendy, 1991).
Mengingat kandungan nilainya yang luhur, pantun ini menjadi salah satu bahan Tunjuk Ajar Melayu (Effendy, 2006). Melalui pantun-pantun seperti ini, orang Melayu diharapkan dapat belajar dan mengingat petuah-petuah leluhur. Pantun Melayu hingga sekarang masih menjadi identitas kebudayaan Melayu yang luhur.


2. Konsepsi Pantun Persatuan dan Kesatuan

Untaian pantun persatuan dan kesatuan memiliki pola yang unik, yaitu perbandingan antara satu kalimat dengan kalimat yang lain sangat ritmis dan enak untuk dipahami. Hampir miripnya bahasa orang Pelalawan dengan bahasa Indonesia juga memudahkan dalam memahami maknanya. Berikut adalah untaian pantun-pantun tersebut:
Sompit samo berimpit, ke ulu samo begalah
(sempit sama berimpit, lapang sama melenggang)
Ke ilei samo bekayou, ke ulu samo begalah
(ke hilir sama berkayuh, ke hulu sama bergalah)
Tecampak samo pecah, tebuang samo anyut
(tercampak sama pecah, terbuang sama hanyut)
Telontang samo punah, telungkup samo habis
(terlentang sama punah, telungkup sama habis)
Menepat samo belabo, ilang samo meugi
(mendapat sama berlaba, hilang sama merugi)
Teguling samo kono lapah, telungkup samo makan tanah
(terguling sama kena lapah, telungkup sama makan tanah)
Sakit jonguk menjonguk, sonang jolang menjolang
(sakit jenguk menjenguk, senang jelang menjelang)
Sekopal samo dibagi, sekuku samo bolah
(sekepal sama dibagi, sekuku sama dibelah)
Lobei boi memboi, kuang tanmah menambah
(lebih beri member, kurang tambah menambah)
Makan tidak meabiskan, minum tidak mengoingkan
(makan tidak menghabiskan, minum tidak mengeringkan)
Dalam sompit bebagi sakit, dalam lapang bebagi sonang
(dalam sempit berbagi sakit, dalam lapang berbagi senang)
Kaut tidak memunah, kouk tidak memupus
(karut tidak memanah, keruk tidak memupus)
Codik tidak menjual, kuat tidak melosikan
(cerdik tidak menjual, kuat tidak melesikan)
Tinggi tidak melimpo, boso tidak melando
(tinggi tidak menimpa, besar tidak melanda)
Manis samo dimakan, pahit samo ditelan
(manis sama dimakan, pahit sama ditelan)
Boat sama dipikul, engan samo dijinjing, ati gajah sama dilapah, ati kuman samo dicacah
(berat sama dipikul, ringan sama dijinjing, gajah sama dilapah, hati kuman sama dicacah)
Yang codik jadi penyambung lidah, yang beani jadi pelapis dado
(yang cerdik jadi penyambung lidah, yang berani jadi pelapis dada)
Yang tuo tompat betanyo, yang mudo tompat menyayo
(yang tua tempat bertanya, yang muda tempat menyeraya)
Yang alim tompat begu-u
(yang alim tempat berguru)
Besambung indak panjang, betampun indak lebo
(bersambung ehndak panjang, bertampung hendak lebar)
Topat ke isi samo dibagi, topat ke tulang samo dipandang
(tepat ke isi sama dibagi, tepat ke tulang sama dipandang)
Ke laot samo begelombang, ke utan samo besumak
(ke laut sama bergelombang, ke hutan sama bersemak)
Melangkah samo seiring, melenggang samo seayun
(melangkah sama seiring, melenggang sama seayun)
Kusut samo diusaikan, ko-ou samo dijoneikan
(kusut sama diusaikan, keruh sama dijernihkan)
Selapik seketidou-an, sebaju sepakaian
(selapik setiduran, sebaju sepakaian)
Setalam sepiring semakan
(setalam sepiring makan)
Seperiuk sebelango, sebantal sekalang bahu
(seperiuk sebelanga, sebantal sekalang bahu)
Segelanggang sepemainan, sekaum secucouan atap
(segelanggang sepermainan, sekaum secucuran atap)
Sangkut sama ditarik, jatou samo ditogakkan
(tersangkut sama ditarik, jatuh sama ditegakkan)
Kocik bebaik-baik, boso beelok-elok
(kecil berbaik-baik, besar berelok-elok)
Mudo togou menogou, tuo sapo menyapo
(muda tegur menegur, tua sapa menyapa)
Lupo ingat-ingatan, tidou jago-jagoan
(lupa ingat-ingatkan, tidur jaga menjagakan)
Kosat samo dipolas, bongkol samo ditarah
(kesat sama diampelas, bongkol sama ditarah)
Ilang samo disawang, anyut samo diunut
(hilang sama disawang, hanyut sama diunut)
Sosak samo beasak, lapang samo bekiah
(sesak sama berasak, lapang sama berkiah)
3. Nilai-nilai
Pantun persatuan dan kesatuan mengandung nilai-nilai dalam kehidupan orang Melayu, antara lain:
  • Meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan. Nilai ini tercermin jelas dari kalimat-kalimat dalam pantun ini yang memantik rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam menyikapi perbedaan yang ada. Puncaknya adalah lahirnya masyarakat yang menghargai perbedaan. 
  • Melestarikan tradisi sastra tradisional. Melantunkan pantun merupakan salah satu wujud pelestarian tradisi sastra Melayu tradisional. Pelestarian pantun menjadi adalah penting untuk menjaga identitas kebudayaan Melayu yang utama.   
  • Menjaga adat. Pantun adalah salah satu media orang Melayu dalam mengajarkan adat-istiadat. Melalui pantun, orang Melayu ingin menegaskan bahwa adat harus dijunjung tinggi.
  • Mengajarkan tidak sombong. Pantun ini selain mengajarkan semangat persatuan dan kesatuan, juga mengandung nilai semangat untuk tidak sombong. Setidaknya ini tercermin dari kalimat-kalimat selapik seketidou-an, sebaju sepakaian (selapik setiduran, sebaju sepakaian) dan setalam sepiring semakan (setalam sepiring makan). Melalui pantun ini, orang diajarkan untuk apa adanya dalam bersikap.
  • Menghormati yang tua. Pantun ini juga mengajarkan untuk menghormati orang yang lebih tua. Setidaknya ini tercermin dari kalimat yang tuo tompat betanyo, yang mudo tompat menyayo (yang tua tempat bertanya, yang muda tempat menyeraya).
  • Menghormati yang berilmu. Pantun ini juga mengandung nilai untuk menghormati orang yang berilmu karena ia yang mengajarkan ilmu dan menjadi guru. Ini tercermin dalam kalimat yang alim tompat begu-u (yang alim tempat berguru).

4. Penutup

Mencermati untaian kalimat pantun persatuan dan kesatuan menyadarkan bahwa sejatinya leluhur nusantara ini telah mengajarkan hidup saling bekerjasama dan berdampingan dengan menghormati perbedaan sejak lama. Semoga ini menjadi pelajaran bersama.   
(Yusuf Efendi/Bdy/47/03-2011)
Referensi
Budi S. Santoso, 1986. Masyarakat Melayu dan kebudayaannya. Riau: Pemda.
Jaafar TS, 1941. Ringkasan sejarah Kerajaan Pelalawan. Riau: Pemda
Nizamil Jamil (ed), 1982. Upacara perkawinan adat Riau. Riau: Bumi Pustaka
Tenas Effendy, 1991. Adat istiadat dan upacara perkawinan dibekas Kerajaan Pelalawan. Riau: Lembaga Adat Daerah.
Continue reading →

pantun nasihat adat


Pantun nasihat adat ini mengandung pepatah, petuah nasihat. Pantun adat ini digunakan ketika berhelat, ketika dalam musyawarah, mencari mufakat, mencapai sepakat,  dan menunjukkan adat. Secara substantif, isi pantun adat merupakan bagian dari pantun nasihat. Karena berisi tunjuk ajar agar adat dan resam tetap dijunjung, tingkah laku tetap terjaga, sehingga hidup sehari-hari damai sentosa. Jika memang ada perbedaan, mungkin hanya dari aspek ruang lingkup: pantun adat hanya berkaitan dengan adat, sedangkan pantun nasihat ruang lingkupnya lebih luas, mencakup semua aspek kehidupan. Oleh sebab itu, ada yang menggolongkan pantun adat sebagai sub-bagian dari pantun nasihat. Dalam kehidupan sehari-hari, pemakai pantun adat mayoritas para orang tua dengan tujuan untuk mengajarkan nilai-nilai agama dan moral yang terkandung dalam adat Melayu. Selain ajaran moral, dalam pantun adat juga terkandung pengetahuan sejarah mengenai persukuan, asal usul dan kepemimpinan negeri. Ringkasan isi pantun adat dan fungsinya terdapat dalam ungkapan berikut:
Di sebut pantun adat karena:  
Bila dikaji ilmunya dapat
Bila dipakai hidup selamat
Bila diikut tiada sesat
Bila diturut banyaklah berkat
Bila diamalkan hidup mufakat
Bila ditaati sengketa tak dekat
Bila difahami hidup bersifat
Bila disimak sentosalah umat
Pantun berisi pepatah adat
Pantun mengandung petuah nasihat
Pantun dipakai dalam helat
Pantun dikaji dalam musyawarat
Pantun diurai mencari mufakat
Pantun dibilang mencapai sepakat
Di situ undang sama disukat
Di situ hukum sama diangkat
Di situ pusaka sama diingat
Di situ soko sama ditingkat
Di situ umat menunjukkan adat
Berikut beberapa contoh pantun adat yang berkembang di tengah masyarakat Melayu:
001. Lapun-melapun ke Inderagiri
Singgah sebentar ke Betipuh
Ampun hamba tegak berdiri
Ujudnya duduk dengan bersimpuh
068. Diradang-radang memasap
Tertangguk badar dan gulama
Dibilang-bilang meratap
Diurai si tambo lama
002. Tertangguk badar dan gulama
Tiga gurundang di hulunya
Diuraikan si tambo lama
Tiga undang dahulunya
069. Pertama undang silama-lama
Kedua undang sigemak-gemak
Ketiga undang simumbang jatuh
Itulah undang masa ketika
003. Dibelah-belah pertiga
Siraut pembelah rotan
Luhak dibaginya tiga
Adat dibaginya delapan
070. Berek-berek turun ke semak
Dari semak turun ke padi
Dari nenek turun ke mamak
Dari mamak turun ke kami
004. Jahit berjahit tepi kasur
Suji-bersuji tepi bantal
Kalau raib di dalam usul
Tilik saja pada yang asal
071. Rama-rama si kumbang janti
Hatib indah pulang berkuda
Patah tumbuh hilang berganti
Pusaka tinggal begitu juga
005. Dahulu rebab yang bertangkai
Kini kopi yang berbunga
Dahulu adat yang berpakai
Kini rodi yang berguna
072. Sejak berduku, berkelapa
Pandan tidak panjang lagi
Sejak bersuku, berkepala
Badan nan tidak senang lagi
006. Yang merah hanya saga
Yang kurik hanya kundi
Yang indah hanya bahasa
Yang baik hanya budi
073. Kilang tebu kilang tanak
Kilang sama diapikan
Dari nenek turun ke mamak
Pusaka jadi digantikan
007. Sengkono mudik ke hulu
Di mana tohor situ sekatkan
Pusaka nenek mamak yang terdahulu
Ada berbuhul berikatan
074. Orang Padang mencuci benang
Dilipat maka dipertiga
Kalau direntang hanya panjang
Elok singkatkan sekedar berguna
008. Pucuk ketaya akar cambai
Pucuk lempata orang patahkan
Bukannya saya cerdik pandai
Sunat pidato disembahkan
075. Bunga melati bunga di darat
Bunga seroja di tepi kali
Hina besi karena karat
Hina manusia tidak berbudi
009. Tingkap papan kayu persegi
Riga-riga di pulau Angsa
Indah tampan karena budi
Tinggi bangsa karena bahasa
076. Limau purut dan limau manis
Tumbuh sebatang di tepi rawa
Kalau menjemput dengan manis
Orang pun datang dengan tertawa
010. Yang merumput yang kan memagar
Yang tertanam yang menumbangkan
Yang menjemput yang kan mengantar
Yang meminjam yang memulangkan
077. Kalau merumput dahan dikerat
Batang dipetik dengan seraga
Kalau menjemput dengan adat
Pulangkan balik dengan lembaga
011.Pabila meraut selodang buluh
Siapkan lidi buang miangnya.
Bila menjemput orang nan jauh
Siapkan nasi dengan hidangnya
078.Putus gading karena kerat
Belum jatuh sudahlah retak
Putus runding karena mufakat
Hukum jatuh benar terletak
012.Kalau ranting sudah bertangkai
Janganlah dililit-lilit juga
Kalau berunding sudah selesai
Jangan diungkit-ungkit juga
079.Jangan patahkan atap mengkuang
Atap patah kumbangpun lalu
Jangan patahkan cakap orang
Cakap patah orangnya malu
013.Kalau puting sudah bertangkai
Retak tangkai disampul balik
Kalau berunding sesama pandai
Gelak berderai timbal balik
080.Kalau banyak bertanam puding
Di mana busut di sana seminai
Kalau bijak dalam berunding
Di mana kusut di sana selesai
014.Sebelum menggali buah bengkuang
Galilah dahulu buah ketari
Sebelum mencari kesalahan orang
Carilah dahulu kesalahan sendiri
081.Jangan suka membuka dada
Dada terbuka lapuk bajunya
Jangan suka mengada-ada
Mengada-ada buruk lakunya
015.Mana yang laut dilautkan
Mana yang tasik ditasikkan
Mana yang patut dipatutkan
Mana yang baik dibaikkan
082.Kalau terbakar rumpun padi
Eloklah terbang dibuat suluh
Kalaulah kabar belum pasti
Eloklah buang berjauh-jauh
016.Kalau dinding julai berjulai
Banyaklah semut yang menyeragai
Kalau berunding berlalai-lalai
Banyaklah kusut yang tak selesai
083.Kerakap tumbuh di lantai
Pohon ijuk tumbuh berbanjar
Bercakap kami tak pandai
Mohon diberi tunjuk dan ajar
017.Yang kecil sigama-gama
Yang besar sijalar-jalar
Yang kecil disebut nama
Yang besar dihimbau gelar
084.Seluk berseluk daunnya terap
Terap diampai menjadi benang
Eloklah elok dalam bercakap
Cakap sampai maksudnya terang
018.Jika batang padi yang rebah
Tegakkan tumang di ujung tanjung
Jika datang kan kami sembah
Yang tak datang kan kami junjung
085.Kalau batang sudah condong
Buah yang lebat menjadi luruh
Kalau orang sudah tersinggung
Semua sahabat menjadi musuh
019.Kalau sekali-kali berderap
Lama-lama pastilah patah
Kalau sekali tersalah cakap
Lama-lama jadi berbantah
086.Kalau rabuk ada serbuknya
Kalau campak ada pompatnya
Kalau duduk ada patutnya
Kalau tegak ada tempatnya
020.Jangan memalu-malu arang
Arang dipalu pecah berbelah
Jangan memalu-malukan orang
Orang malu kita pun susah
087.Banyak orang pandai berkitab
Sedikit saja pandai bersyair
Banyak orang pandai bercakap
Sedikit saja pandai berpikir
021.Kalau duduk tulis-menulis
Elok juga membaca kitab
Kalau duduk di dalam majelis
Elok-elok kalau bercakap
088.Kalau berkitab membaca syair
Banyaklah orang datang mendengar
Kalau cakap tiada berpikir
Banyaklah orang yang bertengkar
022.Kalau berkitab sambil menulis
Jangan sampai dawat terbuang
Kalau bercakap di dalam majelis
Jangan sampai mengumpat orang
089.Kalau kita tidak bersuluh
Jangan takut berjalan malam
Kalau kita tidak bermusuh
Jangan takut makan setalam
023.Kalau kita tidak bergalah
Jangan takut membentang kajang
Kalau kita tidak bersalah
Jangan takut ditantang orang
090.Kalau rotan dipanjat benalu
Sekerat disimpan dalam bakul
Kalau beban sudah ke bahu
Berat ringan wajib dipikul
024.Kalau kacip sudah dibuka
Buah pinang yang ditunangnya
Kalau aib sudah ke muka
Kalah menang kan imbangnya
091.Kalau busut beranai-anai
Manakah buluh menjadi sirih
Kalau kusut tidak selesai
Manakah keruh menjadi jernih
025.Kalau dinding tidak berlantai
Apa gunanya kayu dipepat
Kalau runding tidak selesai
Apa gunanya penghulu adat
092.Kalau tanduk menjadi gading
Ambillah sirih agak seganggang
Kalau duduk dalam berunding
Pikiran jernih dada pun lapang
026.Kalau busut cari bangkalnya
Bila buluh cari bukunya
Kalau kusut cari pangkalnya
Bila keruh cari hulunya
093.Kalau payah mencari pukat
Carilah jaring yang di kuala
Kalau payah mencari mufakat
Carilah runding balik semula
027.Kalau sampai ke laut gading
Belokkan kolek mencari selat
Kalau bertikai dalam berunding
Eloklah balik kepada adat
094.Kalau salah meminjam pukat
Salah pula meminjam tengkalak
Kalau salah di dalam adat
Salah pula di dalam syarak
028.Kalau tak ada di dalam pukat
Cobalah cari di dalam tengkalak
Kalau tak ada di dalam adat
Cobalah cari di dalam syarak
095.Kalau belera sudah direbus
Takkan dapat dimakan mentah
Kalau perkara sudah diputus
Takkan dapat dirobah-robah
029.Kalau hendak merebus belera
Cencang dulu tampuk putiknya
Kalau hendak memutus perkara
Timbanglah dulu buruk baiknya
096.Tembuk tabir membawa benang
Tembuk dinding dibawakan damar
Tertumbuk pikir bawa bertenang
Tertumbuk runding bawa bersabar
030.Kalau beratapkan daun nanas
Banyaklah hujan jatuh ke talam
Kelau bercakap berkeras-keras
Banyaklah orang yang salah paham
097.Daripada menakuk rumpun buluh
Elok menetak bunga cendawan
Daripada duduk bersama musuh
Eloklah tegak bersama kawan
031.Hari panas jangan ke laut
Kalau ke laut kapal tergalang
Hati panas jangan diturut
Kalau diturut akal pun hilang
098.Jangan mengipas-ngipas arang
Kalau dikipas banyak baranya
Jangan memanas-manaskan orang
Kalau panas banyak maranya
032.Kalau buluh tinggal di tanah
Batang sorek dicelis-celis
Kalau bodoh tinggal di rumah
Yang cerdik masuk ke majelis
099.Jangan menetak urat bawang
Urat bawang ada gambutnya
Jangan menolak niat orang
Niat orang ada maksudnya
033.Jangan menampi-nampi kacang
Kalau ditampi busuk buahnya
Jangan mengapi-apikan orang
Kalau berapi buruk padanya
100.Kalau keladi sudah ditanam
Janganlah lagi meminta talas
Kalau budi sudah ditanam
Janganlah lagi meminta balas
034.Kalau memagar rumpun bawang
Pagar dahulu lapis berlapis
Kalau mendengar pengaduan orang
Dengarkan dulu habis-habis
101.Jangan suka mencabut padi
Kalau dicabut hilang buahnya
Jangan suka menyebut budi
Kalau disebut hilang tuahnya
035.Kalau makan keladi muyang
Jangan lupa pada bungkalnya
Kalau termakan ke budi orang
Janganlah lupa pada asalnya
102.Apalah tanda batang tebu
Batang tebu halus uratnya
Apalah tanda orang berilmu
Orang berilmu halus sifatnya
036.Apalah tanda batang padi
Tumbuh di ladang lebat buahnya
Apalah tanda orang berbudi
Elok dipandang baik bahasanya
103.Apalah tanda batang bengkal
Batang bengkal banyak bukunya
Apalah tanda orang berakal
Orang berakal bijak lakunya
037.Apalah tanda batang kulim
Batang kulim rindang dahannya
Apalah tanda orang alim
Orang alim lapang dadanya
104.Apalah tanda batang putat
Batang putat bersegi buahnya
Apalah tanda orang beradat
Orang beradat tinggi marwahnya
038.Apalah tanda batang betik
Batang betik panjang pangkalnya
Apalah tanda orang yang cerdik
Orang cerdik panjang akalnya
105.Apalah tanda pisang tanaman
Pisang tanaman banyak akarnya
Apakah tanda orang beriman
Orang beriman banyak sabarnya
039.Apalah tanda batang keladi
Batang keladi di tanah isinya
Apalah tanda orang berbudi
Orang berbudi rendah hatinya
106.Kalau paku batang berduri
Duri mencabik-cabik baju
Elok baju orang tak iri
Irinya menengok baik laku
040.Apalah tanda padi berbuah
Lebatlah tangkai daunnya subur
Apalah tanda negeri bertuah
Rakyatnya damai hidupnya makmur
107.Anak rusa cepat berlari
Diikat kaki terlompat-lompat
Banyak harta dapat dicari
Sahabat sejati payah didapat
041.Anak kuda berlari-lari
Berlarilah dengan tali-talinya
Banyak harta orang tak iri
Iri orang menengok budinya
108.Banyak orang mandi berenang
Tidak peduli kapalnya karam
Banyak orang mencari senang
Tidak peduli halal dan haram
042.Banyak orang mendaki bukit
Bukit didaki bergesa-gesa
Banyak orang mencari duit
Duit dicari badan binasa
109.Banyak orang menjerat rusa
Sudah terlupa meniup api
Banyak orang berbuat dosa
Sudah lupa hidup kan mati
043.Banyak orang mencari katung
Tidak peduli bulannya terang
Banyak orang mencari untung
Tidak peduli merugikan orang
110.Kalau menangguk-nangguk udang
Tangguk dianyam rapat-rapat
Kalau duduk di tempat orang
Duduklah dengan duduk bersifat
044.Berkait-kait akan beluru
Berkelok-kelok lilit rotan
Berpahit-pahit kita dahulu
Barulah elok di hari kemudian
111.Kalau berkayuh menyusur batang
Tandanya sampan akan ke darat
Kalau mengeluh pagi dan petang
Tandanya badan kian melarat
045.Kalau bergalah jangan bergayuh
Kalau berkayuh bertambah basah
Kalau bersusah jangan mengeluh
Kalau mengeluh bertambah susah
112.Sudah  banyak orang bergalah
Yang berenang hanya sedikit
Sudah banyak orang yang kalah
Yang menang hanya sedikit
046.Dalam meniup ingatlah api
Dalam makan ingatlah tulang
Dalam hidup ingatlah mati
Dalam berjalan ingatlah pulang
113.Ingat-ingat mencari kerang
Mencari kerang ada tempatnya
Ingat-ingat di negeri orang
Negeri orang ada adatnya
047.Ingat-ingat merendam kain
Kain itu ada kapasnya
Ingat-ingat dalam bermain
Bermain itu ada batasnya
114.Kalau sudah cukup berenang
Cepat-cepatlah naik ke darat
Kalau sudah hidupnya senang
Ingat-ingatlah orang melarat
048.Kalau sudah biasa berenang
Ingat-ingat pada basahnya
Kalau sudah merasa senang
Ingat-ingat ke masa susahnya
115.Kain dicelup berwarna biru
Celup sekali dilipat-lipat
Pakaian hidup aib dan malu
Pakaian mati amal ibadat
049.Banyak orang renang berenang
Sudah terlupa ke jalan darat
Banyak orang bersenang lenang
Sudah terlupa jalan akhirat
116.Sungguh elok berbatang lebat
Redup rindang tiada basahnya
Sungguh elok orang bertobat
Hidup senang hilang dosanya
050.Banyak-banyak membuat jermal
Jermal dibuat di air dangkal
Banyak-banyaklah berbuat amal
Amal dibuat menjadi bekal
117.Batang betik batang bertarah
Batang keladi manisnya ada
Orang cerdik penyambung lidah
Orang berani pelapis dada
051.Sungguh elok berbatang lebar
Tidak nampak basah kuyupnya
Sungguh elok orang penyabar
Tidak nampak susah hidupnya
118.Retak buah sigama-gama
Retak tanduk liku berliku
Minta petuah kepada ulama
Minta petunjuk pada yang tahu
052.Retak urat ada bercanggah
Retak bara ada tengarang
Minta kuat kepada gajah
Minta suara kepada enggang
119.Belum jatuh sudah berdetak
Detak mengirai balik berbalik
Hukum jatuh benar terletak
Gelak berderai timbal balik
053.Kalau elang tari menari
Kalau pipit loncat meloncat
Kalau hilang cari mencari
Kalau sakit obat mengobat
120.Kalau menebang sama mengerat
Kalau membakar sama menyuluh
Kalau menimbang sama berat
Kalau menakar samalah penuh
054.Kalau memukat sama menimba
Kalau melenggang sama pergi
Kalau mendapat sama berlaba
Kalau hilang sama merugi
121.Yang padat bernama besi
Yang berongga tanda beruang
Yang adat sama diisi
Yang lembaga sama dituang
055.Yang perahu beruang timba
Yang sauh tambang terpaut
Yang berbau buang ke rimba
Yang keruh buang ke laut
122.Mana galah digalahkan juga
Kalau layar dilayarkan pula
Mana salah disalahkan juga
Kalau benar dibenarkan pula
056.Kalaulah tahu patah akarnya
Tebanglah pohon sekecil-kecilnya
Kalaulah tahu salah benarnya
Timbanglah hukum seadil-adilnya
123.Patah kecil kita tampunkan
Patah besar kita tumbangkan
Salah kecil kita ampunkan
Salah besar kita timbangkan
057.Galah besar bergalah kecil
Galah kecil kita lapisi
Salah besar kita perkecil
Salah kecil kita habisi
124.Kalau memandang jangan merentus
Kalau melendan jangan melanyah
Kalau mencencang jangan memutus
Kalau makan jangan memunah
058.Memanggang sepat bersela-sela
Menjamur pukat berkering-kering
Tegang adat berjela-jela
Kendur adat berdenting-denting
125.Yang melentur yang berat
Yang bertangkai yang dituai
Yang seukur yang dikerat
Yang sesuai yang akan dipakai
059.Yang berdering yang mematah
Yang berabu yang kan membakar
Yang bertaring yang mengerkah
Yang berkuku yang kan mencakar
126.Alim nampak kepada rupa
Alim dijunjung sampai tua
Yatim anak tiada berbapa
Yatim kampung tiada bertua
060.Kalau berbuah ada ranumnya
Bila cendawan ada kelatnya
Kalau menyanggah ada hukumnya
Bila melawan ada adatnya
127.Jangan menetakkan parang patah
Buat hulunya sebatang ruyung
Jangan menegakkan benang basah
Membuat malu orang sekampung
061.Kalau sudah duduk beramai
Untuk apa duduk seorang
Kalau sudah duduk berdamai
Untuk apa mengajak perang
128.Kalau sudah menebuk gading
Tebuk menjadi ukiran tepat
Kalau sudah duduk berunding
Eloklah cari jalan mufakat
062.Kalau lepat sudah dikukus
Jerang ketupat dalam kuali
Kalau mufakat sudah putus
Pegang erat sampai ke mati
129.Anak itik terlompat-lompat
Anak beruk termangu-mangu
Niat baik kita percepat
Niat yang buruk ditunggu dulu
063.Terbang tempua membumbung tinggi
Anak garuda layang melayang
Orang tua-tua dijunjung tinggi
Anak muda-muda dikasih sayang
130.Anak ular mati terpukul
Anak tapah selam menyelam
Yang benar pastilah timbul
Yang salah akan tenggelam
064.Kalau redup pasanglah kandil
Bila sepi pasanglah pukat
Kalau hidup peganglah wakil
Bila mati peganglah amanat
131.Pisau peraut baru bertuang
Beri bertali dengan rotan saga
Rantau diturut dengan udang
Negeri dihuni dengan lembaga
065.Yang semah ada helatnya
Yang bidan ada bangsanya
Yang rumah ada adatnya
Yang tepian ada bahasanya
132.Limau purut limau manis
Tumbuh sebatang di tepi rawa
Kalau menjemput orang nan jauh
Siapkan nasi dengan hidangya
066.Jangan patahkan atap mengkuang
Atap patah kumbangpun lalu
Jangan patahkan cakap orang
Cakap patah orangnya malu
133.Hari panas jangan ke laut
Kalau ke laut kapal tergalang
Hati panas jangan diturut
Kalau diturut akalpun hilang
067.Banyak orang mandi berenang
Tidak peduli kapalnya karam
Banyak orang mencari untung
Tidak peduli merugikan orang


Continue reading →

pantun nasihat


Pantun nasihat adalah jenis pantun penuntun, berisi penyampaian pesan moral (message) yang sarat dengan nilai-nilai luhur agama, budaya dan norma sosial masyarakat. Melalui pantun nashehat-nilai-nilai luhur disebarluaskan di tengah-tengah masyarakat, serta diwariskan kepada anak cucu. Ada banyak jenis pantun yang berkembang di masyarakat, di antaranya pantun nasihat atau pantun tunjuk ajar. Pantun ini digunakan sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan moral di tengah masyarakat, misalnya oleh orang tua pada anaknya, para pemimpin pada bawahannya, para guru pada muridnya ataupun antar sesama anggota masyarakat dalam interaksi sehari-hari.
Pantun nasihat juga berisi gabungan antara jenis pantun nasihat dan pantun adat yang ada dalam jenis pantun orang tua. Pantun nasihat adat ini berisi petuah dan nilai-nilai sopan santun yang berlaku dalam masyarakat. Nilai-nilai kebaikan benar-benar harus ditanamkan seperti dalam berunding hingga mencapai mufakat; berpikir dahulu sebelum bercakap; pandai-pandai menempatkan diri; sabar; rendah hati dan damai; menghargai adat orang lain; menjenguk orang sakit; menimbang hukum dengan seadil-adilnya;  hingga tidak patah arang dalam mencari ilmu. Sementara nilai-nilai buruk yang berlaku umum dalam suatu masyarakat, seperti memutus pembicaraan orang; mencari kesalahan orang lain; mengada-ada kenyataan; meminta balas ketika melakukan kebaikan; berdebat tak berujung pangkal; membuka aib orang lain; mengeluh; iri hati; banyak mengeluh; balas dendam.
Disebut dengan Pantun Nasihat karena:
Di dalamnya sarat dengan pengingat
Mengingatkan kepada semua umat
Supaya jangan berbuat jahat
Supaya jangan mendekati maksiat
Supaya jangan dengki khianat
Supaya jangan umpat- mengumpat
Supaya jangan cacat-mencacat
Supaya jangan hambat-menghambat
Supaya jangan melupakan akhirat
Supaya jangan meninggalkan ibadat
Supaya jangan hasud dan hasad
Supaya jangan membuang adat
Supaya jangan membuang tabiat
Melalui pantun nasihat, nilai-nilai luhur dalam ajaran agama dan adat resam diwariskan secara lisan kepada anak cucu dan seluruh warga masyarakat. Melalui pantun nasihat ini juga, pergaulan yang seresam bisa diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Secara sekilas, fungsi pantun nasihat ini tergambar dalam ungkapan: dengan pantun banyak yang dituntun; pantun dipakai memperbaiki perangai; pantun mengajar bersopan santun; melalui pantun syarak menuntun. Pemakaian pantun nasihat ini tidak terbatas, boleh kapan dan di mana saja asalkan sesuai dengan fungsinya. Untuk bentuk pemakaian, pantun ini dapat dipakai dalam nyanyian, upacara atau kegiatan adat, percakapan sehari-hari ataupun sekedar untuk berbalas pantun. Walaupun pemakaian pantun ini tidak terbatas, para orang tua mengingatkan supaya penyampaiannya dilakukan sesuai dengan kandungan isi, situasi, kondisi pendengarnya.
Tak kalah pentingnya, jangan sampai penyampaian pantun ini justru merendahkan harkat dan kandungan nilai isinya, karena situasi dan kondisi yang kurang tepat. Maka dari itu, para orang tua Melayu selalu mengingatkan supaya pantun ini disampaikan dalam situasi yang tertib dan sopan, agar kandungan nilainya bisa dipahami dengan baik oleh pendengarnya. Satu catatan lagi, penyampaian pantun ini akan lebih bermanfaat, bila yang menyampaikannya menunjukkan perilaku terpuji, sesuai dengan kandungan nilai pantun yang ia sampaikan. Karena itu, sebenarnya pantun ini secara tidak langsung mensyaratkan suatu kesesuaian antara kualitas moral pemakainya dan isi pantun yang ia sampaikan, sehingga pesan tersebut tidak mendapat penolakan dari orang yang mendengarnya. Dalam ungkapan disebutkan: sesuaikan cakap dengan sikap; kalau menyampaikan pantun berisi, tunjukkan dengan budi pekerti. Kondisi pemakaian pantun nasihat di atas merupakan sebuah gambaran ideal, dengan harapan hasilnya juga ideal. Namun, tidak selamanya pantun ini harus disampaikan dalam kondisi yang tertib dan sopan, adakalanya situasinya meriah riang gembira, seperti dalam sebuah nyanyian.
Dalam upacara adat, pantun nasihat biasanya diselipkan dalam pembicaraan atau percakapan. Sebagai contoh, dalam upacara perkawinan adat, biasanya pantun nasihat diselipkan dalam pembicaraan pinang-meminang, antar belanja ataupun antar tanda, pembuka dan penutup pintu ataupun dalam khutbah nasihat nikah. Dalam musyawarah adat, upacara penabalan raja, tokoh adat dan datuk ataupun upacara tradisional lainnya, seperti menjejak benih dan menuai, pantun ini sangat sering digunakan. Semuanya menunjukkan bahwa pantun nasihat sangat populer dan dimanfaatkan dengan baik oleh warga masyarakat untuk menyampaikan ide dan gagasan mereka, demi tegaknya nilai moral dan adat-resam Melayu dalam kehidupan sehari-hari.
Dewasa ini, para orang tua Melayu mengakui bahwa, keadaan pantun nasihat ini sudah tidak seperti dulu lagi. Jumlahnya sudah jauh berkurang, pemakaiannya tidak lagi populer, dan fungsinya juga sudah melemah. Perubahan ini terjadi karena beberapa sebab di antaranya: (1) terjadinya perubahan dan pergeseran nilai dalam kehidupan orang Melayu; (2) semakin sempitnya peluang atau kesempatan untuk menampilkan atau menyelipkan pantun ini kepada khalayak. Misalnya, sekarang sangat jarang diadakan upacara adat, acara berbalas pantun atau sekedar cerita pengantar tidur dari seorang ibu kepada anaknya; (3) kurang berminatnya generasi muda untuk mewarisi pantun-pantun ini, baik karena mereka belum mengenalnya, ataupun karena kurangnya kesadaran terhadap khazanah budaya sendiri. 
Continue reading →