Pantun nasihat adat ini mengandung pepatah, petuah nasihat. Pantun adat ini digunakan ketika berhelat, ketika dalam musyawarah, mencari mufakat, mencapai sepakat, dan menunjukkan adat. Secara substantif, isi pantun adat merupakan bagian dari pantun nasihat. Karena berisi tunjuk ajar agar adat dan resam tetap dijunjung, tingkah laku tetap terjaga, sehingga hidup sehari-hari damai sentosa. Jika memang ada perbedaan, mungkin hanya dari aspek ruang lingkup: pantun adat hanya berkaitan dengan adat, sedangkan pantun nasihat ruang lingkupnya lebih luas, mencakup semua aspek kehidupan. Oleh sebab itu, ada yang menggolongkan pantun adat sebagai sub-bagian dari pantun nasihat. Dalam kehidupan sehari-hari, pemakai pantun adat mayoritas para orang tua dengan tujuan untuk mengajarkan nilai-nilai agama dan moral yang terkandung dalam adat Melayu. Selain ajaran moral, dalam pantun adat juga terkandung pengetahuan sejarah mengenai persukuan, asal usul dan kepemimpinan negeri. Ringkasan isi pantun adat dan fungsinya terdapat dalam ungkapan berikut:
Di sebut pantun adat karena:
Bila dikaji ilmunya dapat
Bila dipakai hidup selamat
Bila diikut tiada sesat
Bila diturut banyaklah berkat
Bila diamalkan hidup mufakat
Bila ditaati sengketa tak dekat
Bila difahami hidup bersifat
Bila disimak sentosalah umat
Bila dipakai hidup selamat
Bila diikut tiada sesat
Bila diturut banyaklah berkat
Bila diamalkan hidup mufakat
Bila ditaati sengketa tak dekat
Bila difahami hidup bersifat
Bila disimak sentosalah umat
Pantun berisi pepatah adat
Pantun mengandung petuah nasihat
Pantun dipakai dalam helat
Pantun dikaji dalam musyawarat
Pantun diurai mencari mufakat
Pantun dibilang mencapai sepakat
Di situ undang sama disukat
Di situ hukum sama diangkat
Di situ pusaka sama diingat
Di situ soko sama ditingkat
Di situ umat menunjukkan adat
Pantun mengandung petuah nasihat
Pantun dipakai dalam helat
Pantun dikaji dalam musyawarat
Pantun diurai mencari mufakat
Pantun dibilang mencapai sepakat
Di situ undang sama disukat
Di situ hukum sama diangkat
Di situ pusaka sama diingat
Di situ soko sama ditingkat
Di situ umat menunjukkan adat
Berikut beberapa contoh pantun adat yang berkembang di tengah masyarakat Melayu:
001. | Lapun-melapun ke Inderagiri Singgah sebentar ke Betipuh Ampun hamba tegak berdiri Ujudnya duduk dengan bersimpuh | 068. | Diradang-radang memasap Tertangguk badar dan gulama Dibilang-bilang meratap Diurai si tambo lama |
002. | Tertangguk badar dan gulama Tiga gurundang di hulunya Diuraikan si tambo lama Tiga undang dahulunya | 069. | Pertama undang silama-lama Kedua undang sigemak-gemak Ketiga undang simumbang jatuh Itulah undang masa ketika |
003. | Dibelah-belah pertiga Siraut pembelah rotan Luhak dibaginya tiga Adat dibaginya delapan | 070. | Berek-berek turun ke semak Dari semak turun ke padi Dari nenek turun ke mamak Dari mamak turun ke kami |
004. | Jahit berjahit tepi kasur Suji-bersuji tepi bantal Kalau raib di dalam usul Tilik saja pada yang asal | 071. | Rama-rama si kumbang janti Hatib indah pulang berkuda Patah tumbuh hilang berganti Pusaka tinggal begitu juga |
005. | Dahulu rebab yang bertangkai Kini kopi yang berbunga Dahulu adat yang berpakai Kini rodi yang berguna | 072. | Sejak berduku, berkelapa Pandan tidak panjang lagi Sejak bersuku, berkepala Badan nan tidak senang lagi |
006. | Yang merah hanya saga Yang kurik hanya kundi Yang indah hanya bahasa Yang baik hanya budi | 073. | Kilang tebu kilang tanak Kilang sama diapikan Dari nenek turun ke mamak Pusaka jadi digantikan |
007. | Sengkono mudik ke hulu Di mana tohor situ sekatkan Pusaka nenek mamak yang terdahulu Ada berbuhul berikatan | 074. | Orang Padang mencuci benang Dilipat maka dipertiga Kalau direntang hanya panjang Elok singkatkan sekedar berguna |
008. | Pucuk ketaya akar cambai Pucuk lempata orang patahkan Bukannya saya cerdik pandai Sunat pidato disembahkan | 075. | Bunga melati bunga di darat Bunga seroja di tepi kali Hina besi karena karat Hina manusia tidak berbudi |
009. | Tingkap papan kayu persegi Riga-riga di pulau Angsa Indah tampan karena budi Tinggi bangsa karena bahasa | 076. | Limau purut dan limau manis Tumbuh sebatang di tepi rawa Kalau menjemput dengan manis Orang pun datang dengan tertawa |
010. | Yang merumput yang kan memagar Yang tertanam yang menumbangkan Yang menjemput yang kan mengantar Yang meminjam yang memulangkan | 077. | Kalau merumput dahan dikerat Batang dipetik dengan seraga Kalau menjemput dengan adat Pulangkan balik dengan lembaga |
011. | Pabila meraut selodang buluh Siapkan lidi buang miangnya. Bila menjemput orang nan jauh Siapkan nasi dengan hidangnya | 078. | Putus gading karena kerat Belum jatuh sudahlah retak Putus runding karena mufakat Hukum jatuh benar terletak |
012. | Kalau ranting sudah bertangkai Janganlah dililit-lilit juga Kalau berunding sudah selesai Jangan diungkit-ungkit juga | 079. | Jangan patahkan atap mengkuang Atap patah kumbangpun lalu Jangan patahkan cakap orang Cakap patah orangnya malu |
013. | Kalau puting sudah bertangkai Retak tangkai disampul balik Kalau berunding sesama pandai Gelak berderai timbal balik | 080. | Kalau banyak bertanam puding Di mana busut di sana seminai Kalau bijak dalam berunding Di mana kusut di sana selesai |
014. | Sebelum menggali buah bengkuang Galilah dahulu buah ketari Sebelum mencari kesalahan orang Carilah dahulu kesalahan sendiri | 081. | Jangan suka membuka dada Dada terbuka lapuk bajunya Jangan suka mengada-ada Mengada-ada buruk lakunya |
015. | Mana yang laut dilautkan Mana yang tasik ditasikkan Mana yang patut dipatutkan Mana yang baik dibaikkan | 082. | Kalau terbakar rumpun padi Eloklah terbang dibuat suluh Kalaulah kabar belum pasti Eloklah buang berjauh-jauh |
016. | Kalau dinding julai berjulai Banyaklah semut yang menyeragai Kalau berunding berlalai-lalai Banyaklah kusut yang tak selesai | 083. | Kerakap tumbuh di lantai Pohon ijuk tumbuh berbanjar Bercakap kami tak pandai Mohon diberi tunjuk dan ajar |
017. | Yang kecil sigama-gama Yang besar sijalar-jalar Yang kecil disebut nama Yang besar dihimbau gelar | 084. | Seluk berseluk daunnya terap Terap diampai menjadi benang Eloklah elok dalam bercakap Cakap sampai maksudnya terang |
018. | Jika batang padi yang rebah Tegakkan tumang di ujung tanjung Jika datang kan kami sembah Yang tak datang kan kami junjung | 085. | Kalau batang sudah condong Buah yang lebat menjadi luruh Kalau orang sudah tersinggung Semua sahabat menjadi musuh |
019. | Kalau sekali-kali berderap Lama-lama pastilah patah Kalau sekali tersalah cakap Lama-lama jadi berbantah | 086. | Kalau rabuk ada serbuknya Kalau campak ada pompatnya Kalau duduk ada patutnya Kalau tegak ada tempatnya |
020. | Jangan memalu-malu arang Arang dipalu pecah berbelah Jangan memalu-malukan orang Orang malu kita pun susah | 087. | Banyak orang pandai berkitab Sedikit saja pandai bersyair Banyak orang pandai bercakap Sedikit saja pandai berpikir |
021. | Kalau duduk tulis-menulis Elok juga membaca kitab Kalau duduk di dalam majelis Elok-elok kalau bercakap | 088. | Kalau berkitab membaca syair Banyaklah orang datang mendengar Kalau cakap tiada berpikir Banyaklah orang yang bertengkar |
022. | Kalau berkitab sambil menulis Jangan sampai dawat terbuang Kalau bercakap di dalam majelis Jangan sampai mengumpat orang | 089. | Kalau kita tidak bersuluh Jangan takut berjalan malam Kalau kita tidak bermusuh Jangan takut makan setalam |
023. | Kalau kita tidak bergalah Jangan takut membentang kajang Kalau kita tidak bersalah Jangan takut ditantang orang | 090. | Kalau rotan dipanjat benalu Sekerat disimpan dalam bakul Kalau beban sudah ke bahu Berat ringan wajib dipikul |
024. | Kalau kacip sudah dibuka Buah pinang yang ditunangnya Kalau aib sudah ke muka Kalah menang kan imbangnya | 091. | Kalau busut beranai-anai Manakah buluh menjadi sirih Kalau kusut tidak selesai Manakah keruh menjadi jernih |
025. | Kalau dinding tidak berlantai Apa gunanya kayu dipepat Kalau runding tidak selesai Apa gunanya penghulu adat | 092. | Kalau tanduk menjadi gading Ambillah sirih agak seganggang Kalau duduk dalam berunding Pikiran jernih dada pun lapang |
026. | Kalau busut cari bangkalnya Bila buluh cari bukunya Kalau kusut cari pangkalnya Bila keruh cari hulunya | 093. | Kalau payah mencari pukat Carilah jaring yang di kuala Kalau payah mencari mufakat Carilah runding balik semula |
027. | Kalau sampai ke laut gading Belokkan kolek mencari selat Kalau bertikai dalam berunding Eloklah balik kepada adat | 094. | Kalau salah meminjam pukat Salah pula meminjam tengkalak Kalau salah di dalam adat Salah pula di dalam syarak |
028. | Kalau tak ada di dalam pukat Cobalah cari di dalam tengkalak Kalau tak ada di dalam adat Cobalah cari di dalam syarak | 095. | Kalau belera sudah direbus Takkan dapat dimakan mentah Kalau perkara sudah diputus Takkan dapat dirobah-robah |
029. | Kalau hendak merebus belera Cencang dulu tampuk putiknya Kalau hendak memutus perkara Timbanglah dulu buruk baiknya | 096. | Tembuk tabir membawa benang Tembuk dinding dibawakan damar Tertumbuk pikir bawa bertenang Tertumbuk runding bawa bersabar |
030. | Kalau beratapkan daun nanas Banyaklah hujan jatuh ke talam Kelau bercakap berkeras-keras Banyaklah orang yang salah paham | 097. | Daripada menakuk rumpun buluh Elok menetak bunga cendawan Daripada duduk bersama musuh Eloklah tegak bersama kawan |
031. | Hari panas jangan ke laut Kalau ke laut kapal tergalang Hati panas jangan diturut Kalau diturut akal pun hilang | 098. | Jangan mengipas-ngipas arang Kalau dikipas banyak baranya Jangan memanas-manaskan orang Kalau panas banyak maranya |
032. | Kalau buluh tinggal di tanah Batang sorek dicelis-celis Kalau bodoh tinggal di rumah Yang cerdik masuk ke majelis | 099. | Jangan menetak urat bawang Urat bawang ada gambutnya Jangan menolak niat orang Niat orang ada maksudnya |
033. | Jangan menampi-nampi kacang Kalau ditampi busuk buahnya Jangan mengapi-apikan orang Kalau berapi buruk padanya | 100. | Kalau keladi sudah ditanam Janganlah lagi meminta talas Kalau budi sudah ditanam Janganlah lagi meminta balas |
034. | Kalau memagar rumpun bawang Pagar dahulu lapis berlapis Kalau mendengar pengaduan orang Dengarkan dulu habis-habis | 101. | Jangan suka mencabut padi Kalau dicabut hilang buahnya Jangan suka menyebut budi Kalau disebut hilang tuahnya |
035. | Kalau makan keladi muyang Jangan lupa pada bungkalnya Kalau termakan ke budi orang Janganlah lupa pada asalnya | 102. | Apalah tanda batang tebu Batang tebu halus uratnya Apalah tanda orang berilmu Orang berilmu halus sifatnya |
036. | Apalah tanda batang padi Tumbuh di ladang lebat buahnya Apalah tanda orang berbudi Elok dipandang baik bahasanya | 103. | Apalah tanda batang bengkal Batang bengkal banyak bukunya Apalah tanda orang berakal Orang berakal bijak lakunya |
037. | Apalah tanda batang kulim Batang kulim rindang dahannya Apalah tanda orang alim Orang alim lapang dadanya | 104. | Apalah tanda batang putat Batang putat bersegi buahnya Apalah tanda orang beradat Orang beradat tinggi marwahnya |
038. | Apalah tanda batang betik Batang betik panjang pangkalnya Apalah tanda orang yang cerdik Orang cerdik panjang akalnya | 105. | Apalah tanda pisang tanaman Pisang tanaman banyak akarnya Apakah tanda orang beriman Orang beriman banyak sabarnya |
039. | Apalah tanda batang keladi Batang keladi di tanah isinya Apalah tanda orang berbudi Orang berbudi rendah hatinya | 106. | Kalau paku batang berduri Duri mencabik-cabik baju Elok baju orang tak iri Irinya menengok baik laku |
040. | Apalah tanda padi berbuah Lebatlah tangkai daunnya subur Apalah tanda negeri bertuah Rakyatnya damai hidupnya makmur | 107. | Anak rusa cepat berlari Diikat kaki terlompat-lompat Banyak harta dapat dicari Sahabat sejati payah didapat |
041. | Anak kuda berlari-lari Berlarilah dengan tali-talinya Banyak harta orang tak iri Iri orang menengok budinya | 108. | Banyak orang mandi berenang Tidak peduli kapalnya karam Banyak orang mencari senang Tidak peduli halal dan haram |
042. | Banyak orang mendaki bukit Bukit didaki bergesa-gesa Banyak orang mencari duit Duit dicari badan binasa | 109. | Banyak orang menjerat rusa Sudah terlupa meniup api Banyak orang berbuat dosa Sudah lupa hidup kan mati |
043. | Banyak orang mencari katung Tidak peduli bulannya terang Banyak orang mencari untung Tidak peduli merugikan orang | 110. | Kalau menangguk-nangguk udang Tangguk dianyam rapat-rapat Kalau duduk di tempat orang Duduklah dengan duduk bersifat |
044. | Berkait-kait akan beluru Berkelok-kelok lilit rotan Berpahit-pahit kita dahulu Barulah elok di hari kemudian | 111. | Kalau berkayuh menyusur batang Tandanya sampan akan ke darat Kalau mengeluh pagi dan petang Tandanya badan kian melarat |
045. | Kalau bergalah jangan bergayuh Kalau berkayuh bertambah basah Kalau bersusah jangan mengeluh Kalau mengeluh bertambah susah | 112. | Sudah banyak orang bergalah Yang berenang hanya sedikit Sudah banyak orang yang kalah Yang menang hanya sedikit |
046. | Dalam meniup ingatlah api Dalam makan ingatlah tulang Dalam hidup ingatlah mati Dalam berjalan ingatlah pulang | 113. | Ingat-ingat mencari kerang Mencari kerang ada tempatnya Ingat-ingat di negeri orang Negeri orang ada adatnya |
047. | Ingat-ingat merendam kain Kain itu ada kapasnya Ingat-ingat dalam bermain Bermain itu ada batasnya | 114. | Kalau sudah cukup berenang Cepat-cepatlah naik ke darat Kalau sudah hidupnya senang Ingat-ingatlah orang melarat |
048. | Kalau sudah biasa berenang Ingat-ingat pada basahnya Kalau sudah merasa senang Ingat-ingat ke masa susahnya | 115. | Kain dicelup berwarna biru Celup sekali dilipat-lipat Pakaian hidup aib dan malu Pakaian mati amal ibadat |
049. | Banyak orang renang berenang Sudah terlupa ke jalan darat Banyak orang bersenang lenang Sudah terlupa jalan akhirat | 116. | Sungguh elok berbatang lebat Redup rindang tiada basahnya Sungguh elok orang bertobat Hidup senang hilang dosanya |
050. | Banyak-banyak membuat jermal Jermal dibuat di air dangkal Banyak-banyaklah berbuat amal Amal dibuat menjadi bekal | 117. | Batang betik batang bertarah Batang keladi manisnya ada Orang cerdik penyambung lidah Orang berani pelapis dada |
051. | Sungguh elok berbatang lebar Tidak nampak basah kuyupnya Sungguh elok orang penyabar Tidak nampak susah hidupnya | 118. | Retak buah sigama-gama Retak tanduk liku berliku Minta petuah kepada ulama Minta petunjuk pada yang tahu |
052. | Retak urat ada bercanggah Retak bara ada tengarang Minta kuat kepada gajah Minta suara kepada enggang | 119. | Belum jatuh sudah berdetak Detak mengirai balik berbalik Hukum jatuh benar terletak Gelak berderai timbal balik |
053. | Kalau elang tari menari Kalau pipit loncat meloncat Kalau hilang cari mencari Kalau sakit obat mengobat | 120. | Kalau menebang sama mengerat Kalau membakar sama menyuluh Kalau menimbang sama berat Kalau menakar samalah penuh |
054. | Kalau memukat sama menimba Kalau melenggang sama pergi Kalau mendapat sama berlaba Kalau hilang sama merugi | 121. | Yang padat bernama besi Yang berongga tanda beruang Yang adat sama diisi Yang lembaga sama dituang |
055. | Yang perahu beruang timba Yang sauh tambang terpaut Yang berbau buang ke rimba Yang keruh buang ke laut | 122. | Mana galah digalahkan juga Kalau layar dilayarkan pula Mana salah disalahkan juga Kalau benar dibenarkan pula |
056. | Kalaulah tahu patah akarnya Tebanglah pohon sekecil-kecilnya Kalaulah tahu salah benarnya Timbanglah hukum seadil-adilnya | 123. | Patah kecil kita tampunkan Patah besar kita tumbangkan Salah kecil kita ampunkan Salah besar kita timbangkan |
057. | Galah besar bergalah kecil Galah kecil kita lapisi Salah besar kita perkecil Salah kecil kita habisi | 124. | Kalau memandang jangan merentus Kalau melendan jangan melanyah Kalau mencencang jangan memutus Kalau makan jangan memunah |
058. | Memanggang sepat bersela-sela Menjamur pukat berkering-kering Tegang adat berjela-jela Kendur adat berdenting-denting | 125. | Yang melentur yang berat Yang bertangkai yang dituai Yang seukur yang dikerat Yang sesuai yang akan dipakai |
059. | Yang berdering yang mematah Yang berabu yang kan membakar Yang bertaring yang mengerkah Yang berkuku yang kan mencakar | 126. | Alim nampak kepada rupa Alim dijunjung sampai tua Yatim anak tiada berbapa Yatim kampung tiada bertua |
060. | Kalau berbuah ada ranumnya Bila cendawan ada kelatnya Kalau menyanggah ada hukumnya Bila melawan ada adatnya | 127. | Jangan menetakkan parang patah Buat hulunya sebatang ruyung Jangan menegakkan benang basah Membuat malu orang sekampung |
061. | Kalau sudah duduk beramai Untuk apa duduk seorang Kalau sudah duduk berdamai Untuk apa mengajak perang | 128. | Kalau sudah menebuk gading Tebuk menjadi ukiran tepat Kalau sudah duduk berunding Eloklah cari jalan mufakat |
062. | Kalau lepat sudah dikukus Jerang ketupat dalam kuali Kalau mufakat sudah putus Pegang erat sampai ke mati | 129. | Anak itik terlompat-lompat Anak beruk termangu-mangu Niat baik kita percepat Niat yang buruk ditunggu dulu |
063. | Terbang tempua membumbung tinggi Anak garuda layang melayang Orang tua-tua dijunjung tinggi Anak muda-muda dikasih sayang | 130. | Anak ular mati terpukul Anak tapah selam menyelam Yang benar pastilah timbul Yang salah akan tenggelam |
064. | Kalau redup pasanglah kandil Bila sepi pasanglah pukat Kalau hidup peganglah wakil Bila mati peganglah amanat | 131. | Pisau peraut baru bertuang Beri bertali dengan rotan saga Rantau diturut dengan udang Negeri dihuni dengan lembaga |
065. | Yang semah ada helatnya Yang bidan ada bangsanya Yang rumah ada adatnya Yang tepian ada bahasanya | 132. | Limau purut limau manis Tumbuh sebatang di tepi rawa Kalau menjemput orang nan jauh Siapkan nasi dengan hidangya |
066. | Jangan patahkan atap mengkuang Atap patah kumbangpun lalu Jangan patahkan cakap orang Cakap patah orangnya malu | 133. | Hari panas jangan ke laut Kalau ke laut kapal tergalang Hati panas jangan diturut Kalau diturut akalpun hilang |
067. | Banyak orang mandi berenang Tidak peduli kapalnya karam Banyak orang mencari untung Tidak peduli merugikan orang |